Selasa, 14 Juli 2009

MOS SMPN 10 Palembang







http://www.sinarharapan.co.id/cetak/detail-cetak/article/hindari-kekerasan-fisik-dalam-mos/


Hari Pertama Sekolah
Hindari Kekerasan Fisik dalam MOS
OLEH: MUHAMAD NASIR/ STEVANI ELISABETH

Jakarta – Memasuki dunia baru, siswa berbagai tingkat pendidikan mengalami hal berbeda. Ada yang harus mengikuti Masa orientasi sekolah (MOS) dengan tampil lucu dan ganjil, ada pula yang mengikuti pendidikan kedisiplinan. Namun, ada pula yang langsung belajar di kelas.



Sementara itu, berbagai kalangan mengingatkan bahwa kegiatan MOS seharusnya digunakan untuk memperkenalkan hak, kewajiban dan tradisi siswa di sekolah baru, bukan malah menjadi ajang perpeloncoan bagi siswa senior kepada juniornya. Karena, tujuan MOS adalah menumbuhkan rasa kekeluargaan di antara murid dan seluruh jajaran sekolah.
Inilah yang diingatkan oleh Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo saat launching MOS di SMA Unggulan Muhammad Hoesni Thamrin, Bambu Apus, Cipayung, Jakarta Timur, Senin (13/7). Ia mengatakan, dalam MOS dilarang ada tindakan yang mengandung unsur kekerasan fisik, perpeloncoan ekstrem, pemberian tugas, hukuman fisik berlebihan, dan ucapan kasar dari senior kepada juniornya.
Sementara itu, suasana MOS dipantau SH di SMPN 10 Palembang. Senin kemarin, tampak Adit (12) berlari-lari kecil menuju sekolah barunya. Meski mengenakan seragam putih merah layaknya anak SD, ada yang aneh dalam penampilannya. Mengenakan topi kerucut warna hitam, di ujungnya diramaikan dengan tali rafia yang disisir halus.
Di lehernya, belasan permen digantung di tali. Lalu di dadanya tertulis nama panggilan yang diberikan panitia sehari sebelumnya. Tertulis, Sandy. Sementara di punggungnya tertulis Muhamad Nurhidayatullah Pascadh dengan Gugus atau Kelompok E. Sekolah asalnya, SDN 182 Palembang. Lebih ganjil lagi, kaus kakinya ternyata berlainan, yang kiri berwarna hitam dan kanan berwarna putih. Di pinggangnya tergantung tali rafia berwarna hitam yang disisir halus sehingga menyerupai pakaian Suku Dayak.
Kekeluargaan
Kepala SMPN 10 Palembang Juma’ani mengungkapkan, MOS dilaksanakan untuk mengenalkan sekolah, kegiatan belajar, dan lingkungan sekolah kepada siswa baru. Supaya menyenangkan, pengurus OSIS membuatnya dengan lebih banyak hiburan. ”Sehingga ketika memasuki lingkungan baru, anak bisa lebih enjoy,” ujarnya.
Berbeda dengan di SMAN 6 Palembang. MOS di sekolah unggulan ini bertujuan mempertajam naluri kepekaan dan kepedulian sosial siswa. Caranya, di akhir MOS SMAN 6 mengajak siswa baru memberikan bantuan bagi korban kebakaran di 5 Ulu Palembang. Sebelumnya, siswa digembleng kedisiplinan dan ketakwaan selama sepekan, dan memperoleh materi ESQ (Emotional Spiritual Quotient).
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta, Taufik Yudi Mulyanto, mengungkapkan MOS digelar di seluruh sekolah di Jakarta, yang diikuti 233.000 murid baru. Tentang SMA Unggulan MH Thamrin, Taufik mengatakan, untuk menjadi siswa di sekolah unggulan tersebut harus memiliki IQ 120-140, pintar berbahasa Inggris serta mempunyai nilai pelajaran eksakta minimal 8.

Rubrik Kesra, Sinar Harapan edisi Selasa , 14 Juli 2009